Oleh: Fatkhurrohman, S.Pd.I, S.Pd
Tantangan dan rintangan ketika Nabi Muhammad saw. pada masa awal mendakwahkan agama Islam kepada kaumnya datang bertubi-tubi. Seakan tak pernah habis mulai dari penculikan dan penyiksaan para sahabat, embargo ekonomi kepada Bani Hasyim, membujuk Abu Thalib agar Nabi Muhammad saw. berhenti berdakwah, mengiming-imingi Nabi Muhammad saw. dengan harta, tahta, ataupun wanita. Dan pada puncaknya adalah ancaman pembunuhan terhadap Nabi Muhammad saw.
Karena berbagai upaya kaum kafir Quraisy membujuk Nabi Muhammad saw. untuk berhenti berdakwah tidak berhasil, maka pada puncaknya mereka mengadakan pertemuan di suatu tempat yang bernama Darun Nadwah (suatu balai permusyaratan antar suku yang ada sejak masa Qushay) yang agenda besarnya adalah bagaimana mengasingkan atau bahkan membunuh Nabi Muhammad saw., karena Nabi Muhammad saw. tidak mau “dirangkul” oleh mereka maka strategi berikutnya adalah dengan ”memukul”. Pimpinan sidang di pegang oleh Umar Bin Hisyam (Abu Jahal). Setelah sidang di buka maka berbagai masukan dan usulan bermunculan di tengah sidang: antara lain seorang diantara mereka berkata: “kita usir paksa saja Muhammad dari tengah–tengah suku Quraisy atau kita buang/asingkan ketempat yang jauh dari Mekah”. Peserta yang lain tidak menyetujui dengan alasan jika diasingkan di suatu tempat bisa saja Muhammad ditempat itu lama-lama banyak yang simpati dan jadi pengikut setianya dan akan kembali ke Mekah dengan membawa pengikut menyerang kita. Kemudian peserta lain ada yang usul lagi: “kita masukkan Muhammad ke kerangkeng besi di taruh didekat Ka’bah tanpa diberi makan dan minum dan di jaga ketat oleh orang terkuat kita.” Kebanyakan peserta sidang tidak menyetujui usulan ini, karena bagaimana mungkin Muhammad yang merupakan orang yang terpandang dan kharismatik diperlakukan seperti itu tentu akan menimbulkan perlawanan yang luar biasa dari pengikutnya yang ada di Mekah dan tentunya sekuat tenaga mereka akan melawan dan bila ini terjadi akan menimbulkan kekacauan yang luar biasa di kota Mekah dan posisi kita akan terancam. Karena belum mencapai kesepakatan sidang sempat deadlock dan diberhentikan sementara oleh pimpinan sidang yaitu Umar bin Hisyam alias Abu Jahal. Setelah itu sidang dilanjutkan kembali, usulan-usulanpun mulai mengalir lagi tapi hampir setiap usulan selalu tidak disetujui oleh peserta sidang. Akhirnya Abu Jahal yang juga pimpinan sidang itu berkata: “Baik saudara–saudara, dari pagi kita sidang sampai saat ini belum menemukan dan menyepakati keputusan sama sekali. Terakhir mungkin saya mengusulkan bagaimana kalau Muhammad itu kita bunuh saja”. “Tapi siapa yang menjadi eksekutornya?!”, sergah salah satu peserta sidang. Setelah berfikir sejenak Abu Jahal menjawab: “Kita tidak menunjuk satu eksekutor, nanti malah bani Hasyim balas dendam ke orang itu. “Terus bagimana cara membunuhnya??”, sahut peserta yang lain. Abu Jahal berkata lagi “begini, dari masing–masing suku yang hadir ini langsung menunjuk satu pemuda terbaiknya untuk mengepung rumah Muhammad dengan membawa pedang yang besar dan tajam, kemudian setelah masuk kerumah Muhammad, di situ bunuh secara bersama–sama dengan demikian Bani Hasyim tidak bisa menuntut pembunuhan itu karena dilakukan dengan massa yang banyak dan tidak akan ada yang tau siapa pembunuh sebenarnya”. “Kapan dilaksanakan?”, tanya salah seorang diantara mereka. Abu Jahalpun menimpali: “Kita laksanakan malam ini dan berita ini jangan disebarkan di masyarakat biar kita yang disini saja yang mengetahui”. “Setujuuu…” mereka kompak menjawab. Ternyata peserta sidang bertepuk tangan dengan riuh dan kegirangan dengan usulan itu sambil tertawa mereka menyatakan setuju dan bahkan ada diantara mereka nyletuk: “Siap–siap mati engkau Muhammad”, maka palu pun di ketuk dan secara resmi sidang ditutup Abu Jahal.
Sore menjelang malam kota Mekah tidak seperti biasanya. Awan hitam menggantung di langit sedangkan hawa dingin mulai menyelimuti penduduk kota. Seakan ada sesuatu hal besar yang akan terjadi. Dikala itu turunlah Malaikat Jibril dan memberitahu Nabi Muhammad saw. bahwa nanti malam segerombolan utusan pemuda kafir Quraisy akan membunuhmu, maka kamu hijrahlah kamu dari Mekah. Maka sore itu Nabi Muhammad saw. langsung pergi ke rumah Abu Bakar Shiddiq dan berkata: “Wahai Abu bakar..!! nanti malam kita hijrah karena akan ada segerombolan kafir Quraisy akan membunuhku, maka persiapkan bekal seperlunya saja”. Mendengar perkataan Nabi, Abu bakar langsung menjawab: “siap wahai baginda.” Nabipun pulang lagi kerumah disusul Abu Bakar.
Malam itu yang ada di rumah Nabi cuma Ali bin Abi Thalib. Abu Bakar yang sudah siap membawa bekal dalam perjalanan hijrah dan Nabi. Tiba Saatnya menjelang tengah malam mulai terdengar derap langkah langkah kaki dan sesekali deringan suara hunusan pedang mendekat rumah Nabi. Mengetahui itu Nabi Muhammad berkata: “Abu Bakar kini saatnya kita berangkat, sedangkan kamu Ali tidurlah ditempat tidurku”, keduanya tanpa gentar menjawab: “iya baginda.” Alipun langsung bergegas menuju tempat tidur Nabi dan menarik kain selimut yang biasa dipakai nabi tidur walaupun tahu resiko yang kemungkinan akan terjadi padanya tapi sekali lagi Ali tidak gentar. Akhirnya Nabi dan Abu Bakar keluar rumah benar saja rumah sudah terkepung rapat dengan belasan orang dengan pedang terhunus di tangan. Saat itu Nabi minta pertolongan kepada Allah maka terjadilah mukjizat dimana orang orang yang mengepung rumah Nabi tidak melihat Nabi dan Abu Bakar keluar rumah dan meninggalkan jauh mereka, seakan akan mereka tak sadarkan atau layaknya tertidur dengan badan tegap dan mata terbelalak. Setelah itu sadar merekapun merengsek masuk ke rumah Nabi dan langsung menuju kamar nabi. Disitulah didapati sesosok orang yang berselimut dan mereka siap mengayunkan pedangnya ke selimut itu. Namun salah satu mereka berkata: “Tahan dulu..!! Kita pastikan dulu yang ada di dalam selimut itu, jika Muhammad baru kita habisi”. Akhirnya ada salah satu dari mereka menarik selimut itu, dan ternyata Ali. “Dimana Muhamad ya Ali..??”, tanya mereka. “Rasulullah saw. sudah keluar rumah tadi”, kata Ali. Akhirnya gerombolan tadi bergegas berusaha menyusul Nabi dan mencari dimana keberadaanya.
Nabi Muhammad dan Abu Bakar menyusuri jalan menembus pekat dan gelapnya malam serta terjalnya jalan menuju Jabal Tsur. Setelah sekian jauh berjalan letihpun mulai terasa dan akhirnya keduanya menemukan sebuah goa. Kemudian Nabi berkata: “Ya Abu Bakar, kita beristirahat di goa ini sebelum melanjutkan perjalanan”. “Baik Baginda, tapi sebelum masuk biar saya periksa dan menutup lubang–lubang kecil, siapa tahu itu lubang hewan berbisa”, kata Abu Bakar. Setelah dirasa aman maka keduanya masuk dan Abu bakar duduk dengan posisi kaki diluruskan dan punggung bersandar di dinding goa dan mempersilahkan nabi untuk rebahan di pangkuan Abu Bakar. Kemudian Nabi terlihat Pulas dan tertidur dipangkuan Abu Bakar tapi tak berapa lama Nabipun terbangun karena ada tetesan air yang mengenai wajah mulianya Itu. “wahai Abu Bakar air apa ini padahal di sini tidak ada rembesan air?”, tanya Nabi. “Wahai rasulullah itu air mataku yang berlinang karena aku tidak kuat menahan sakitnya sengatan yang aku rasakan dikakiku yang aku gunakan untuk menutup lubang kecil yang belum tertutup tadi. Maafkan ya rasulullah’’ jawab Abu Bakar. “Mengapa tidak bangunkan aku sebelum hewan itu menggigitmu?”, sergah Nabi. “Aku tidak tega ya Rasululullah, Engkau terlihat pulas dan kelelahan aku berusaha menahan sakitnya tetapi airmataku ini yang tak bisa dibendung menetes”. Jawab Abu bakar. “Wahai Abu Bakar sahabatku sungguh mulia akhlakmu itu”. Akhirnya Nabi Bangun dan segera mengobati luka Abu bakar. Atas Izin Allah sembuh seketika luka setelah diobati oleh Nabi.
Suatu ketika para penyelidik kafir Quraisy sampai juga di mulut Gua Tsur. “Ayo kita periksa goa itu siapa tahu Muhammad bersembunyi disana?!”. Kata salah salah satu dari mereka. Mendengar itu Abu Bakar mulai gemetaran. Tetapi segera nabi berbisik “Jangan bersedih hati, sesungguhnya Allah bersama kita“. Diantara mereka ada yang memeriksa dan hampir masuk ke goa terus berkata ke yang lain: “Tidak mungkin di sana, karena mulut goa itu penuh sarang laba–laba dan masih utuh, jadi tidak mungkin ada orang yang masuk kesana.” Akhirnya mereka pergi dan meninggalkan goa itu.
Pada malam keempat, mereka keluar goa dan menyewa seorang kafir yang dapat dipercaya bernama Abdullah bin Uraiqit. Sebagai penunjuk arah perjalanan dengan naik unta. Untuk menghindari kafir Quraisy Perjalanan itu hanya dilakukan di malam hari dan melewati jalan-jalan kecil. Setelah tujuh hari perjalanan Nabi sampai di Quba’ dan di sana beliau mendirikan masjid.
Akhirnya sampai juga nabi dan Abu Bakar di Madinah disambut oleh Bani Najjar. Bani Najjar masih memiliki kekerabatan dengan Nabi Muhammad dari pihak Ibu. Mendengar Nabi Muhammad sudah sampai Madinah, setiap orang ingin menjadi tuan rumah bagi tamu yang Agung itu. Namun Nabi membiarkan untanya berjalan seraya berkata: “Aku akan tinggal di rumah dimana unta ini nanti berhenti”. Keberuntungan jatuh kepada Abu Ayyub al Anshari. Unta berhenti dan berlututut didepan rumahnya, dan ditanah kosong milik dua orang anak yatim bernama Sahl dan Suhail. Ditempat inilah Nabi Muhammad membangun Masjid Nabawi.
Selanjutnya Nabi Muhammad saw. memanggil istrinya, Saudah, kedua putrinya, Ummu Kultsum dan Fatimah Azzahra melalui anak angkatnya Zaid bin haritsah. Sejak Saat itu Nabi Muhammad menetap dan mengembangkan ajaran Islam di sana.
Wallahu’alam bis sawwab…
Referensi:
- Disarikan dari Buku SKI 3
- Buku Sirah Nabawi
- Ceramah KH. Zainuddin Mz
- Ceramah Ust. Abdul Shomad