HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH

Oleh: Sawitri Dwi Astuti, S.Pt., S.Pd

Pagi ini terasa beda. Sinaran mentari tampak bersemangat menghangatkan bumi lebih dini. Bulan Juli pertengahan yang teramat cerah. Tetangga sebelah rumahpun sejak sebelum adzan Subuh berkumandang, sudah memperdengarkan sayup-sayup suara kegaduhan di balik tembok satu lapis bata itu. Sepertinya sedang menyiapkan sesuatu, tak seperti hari biasa. Saya pun bersiap lebih pagi, setelah sarapan, segera menyalakan mesin motor merah dan bergegas berangkat menyusuri jalanan sepanjang perumahan. Terbersit rasa ingin tahu, apakah semua rumah juga seheboh rumah sebelah  ?  Ternyata benar dugaan saya. Terlihat anak-anak dan remaja perumahan sudah siap di depan pagar rumah mereka masing-masing. Mengenakan seragam merah putih, biru putih, dan abu-abu putih. Nampak ganteng dan cantik dengan  aroma wangi sabun mandi dan parfum favoritnya. Termasuk parfum minyak telon yang dipakai anak kecil lulusan TK tetangga sebelah rumah.  Ya benar, hari ini adalah hari pertama masuk sekolah untuk jenjang PAUD hingga SMA.

Pukul 06.15 WIB lalu lintas sepanjang jalan Banjarsari sudah mulai tampak padat.  Dari keluar gang perumahanpun, saya kesulitan menyeberang jalan. Saya dan motor merah kesayangan melaju santai menuju ke tempat saya mengajar, sambil menikmati beberapa hirup udara segar pagi ini. Hanya 10 menit untuk menuju sekolah swasta Islam ternama yang beralamat di jalan Jatimulyo No. 19 Pedalangan, Banyumanik Semarang. Hari ini kami semua guru dan karyawan datang lebih awal, untuk menyambut kehadiran siswa-siswi terbaik kami. Maklum, hari pertama masuk sekolah.

Sesampainya di sekolah, setelah memarkir motor di tempat parkir yang saya juluki tempat parkir “Siapa Cepat Dia Dapat “, saya bergegas menuju ke ruang kelas tempat saya diberi amanah, yaitu kelas 1 D, kelas paling pojok yang terletak di gedung B lantai 1. Walaupun  posisinya paling pojok, ruang kelas yang bersih dan ber AC beserta kelengkapannya  ini tampak asri dan nyaman.  Karena memang sudah sejak seminggu sebelum hari pertama masuk sekolah tiba dipersiapkan secara khusus. Mulai penataan ruang kelas hingga pembuatan label apel bertuliskan nama masing- masing siswa yang kami ampu. Dari rak sepatu yang berlabel nama hingga dekorasi lingkungan dan tata letak meja kursi di ruang kelas. Hiasan dan ornamen yang kami pilih adalah yang bernuansa anak-anak dan bertema go green

Memasuki ruang kelas 1D, terlihat di bangku paling depan, seorang bocah laki-laki berkulit sawo matang, berambut hitam dan lurus, berseragam merah putih, beratribut lengkap. Duduk manis dan diam tak menyapa. Mungkin sedang menunggu saya, ibu gurunya untuk menyapa. Wajar baru lulus TK. Saya pun segera menyeting wajah ramah dengan senyum manis supaya bocah laki-laki tadi tidak takut dengan kehadiran saya.

Assalamu’alaykum, siapa namanya ?. Sapa saya dengan menambahkan aura ceria pada senyum sapa saya. Benar juga, laki-laki kecil tadi langsung menjawab salam dan menyebut namanya, tanpa senyum. Dan perkenalan pun berlanjut. Tak lama kemudian, datang seorang anak laki-laki kecil berkulit putih berambut jabrik, muncul dari balik pintu ruang kelas 1 D. Tanpa mengucap salam, langsung masuk saja. Pandangan matanya terlihat  tidak fokus meskipun saya berusaha menyapa dengan menatap mata si anak laki- laki tadi. Dengan gerak tubuhnya yang lumayan aktif, dia memperhatikan sekeliling ruang kelas. Sepertinya heran. Perkenalanpun berlanjut bersamaan dengan masuknya murid kelas 1 D satu per satu.

Sambil menunggu murid-murid saya hadir, saya berjalan menuju depan ruang kelas 1 D dan mengambil posisi berdiri tegap, siap menyambut siswa-siswa yang hadir. Terlihat jelas dari balik pagar sekolah yang terbuat dari besi bercat hijau, para orang tua murid dengan raut wajah penuh semangat, mengantarkan putra-putrinya memasuki pintu gerbang sekolah. Sementara itu, siswa baru pun beraneka ragam ekspresi wajahnya.  Ada yang masih malu-malu bersalaman dengan bapak dan ibu guru, ada pula yang sudah teramat berani dan percaya diri.   Tak lama kemudian bel tanda masuk kelas pun berbunyi. Lagu Assalamu’alaykum  adalah  lagu pilihan sekolah tempat saya mengajar untuk dijadikan lagu tanda masuk kelas. Anak-anak segera masuk ruang kelas masing-masing. Guru kelas dan pendamping menyiapkan siswa-siswi untuk berdoa. Sambil memperhatikan raut wajah murid-murid saya satu persatu, saya membagikan papan nama berbentuk apel yang dikalungkan di leher mereka, saya berusaha menghafalkan nama dan mengingat-ingat wajah murid-murid saya. Pandangan mata saya tertuju pada satu tempat duduk yang kosong. Sepertinya yang menempati kursi tengah paling depan yang sekarang kosong adalah anak laki-laki berkulit putih, berambut jabrik dengan pandangan mata yang tidak fokus yang tadi datang urutan ke dua. Berusaha menanyakan kepada teman-temannya satu kelas, dan betul, yang menempati kursi tadi adalah Satrio. Kemanakah dia ?

Sementara kelas dipegang oleh rekan sejawat, saya bergegas mencari Satrio. Keluar dari ruang kelas, sambil berlari kecil dengan tergesa-gesa memusatkan mata saya ke sudut-sudut ruang yang ada di gedung B. Tak menemukan apapun, saya menuju halaman sekolah. Masih belum juga berhasil menemukan Satrio. Tiba-tiba terbersit keinginan untuk berjalan menyusuri lorong menuju gedung A. Lorong penghubung itu di sebelah kirinya adalah bangunan TK. Samar-samar terlihat di ayunan TK terlihat anak laki-laki yang sepertinya Satrio. Dia sedang asyik mengayun-ayunkan ayunan itu sambil melamun dengan pandangan mata kosong. Lebih dekat lagi saya berjalan menuju anak laki-laki kecil berpandangan kosong itu. Dan benar, itu adalah Satrio. Langsung saya peluk sambil bertanya, kenapa di sini sendirian. Tak ada jawaban. Masih bengong tak memandang saya sedikitpun. Hingga akhirnya sapaan guru TK memanggil nama Satrio lah yang bisa memecahkan kebengongannya.

Bujukan guru TK dan saya selaku guru SD Satrio berhasil membawa Satrio dan saya  berjalan bergandengan menuju ke ruang kelas 1D, ruang kelas baru Satrio. Entah kenapa tadi Satrio tiba-tiba menghilang dan  ternyata dia sedang asyik di gedung TK tempat Satrio bersekolah sebelum SD. Bisa jadi karena dia masih asing dengan saya selaku guru barunya di SD. Dan saat itulah saya instrospeksi diri, memutuskan untuk lebih banyak memperhatikan Satrio.

Memasuki ruang kelas 1D bersama Satrio, tampak teman-teman Satrio sedang mempersiapkan shalat Dhuha setelah dipandu wudhu oleh guru pendamping kelas. Lagi-lagi Satrio yang menjadi pusat perhatian kami. Kebiasaannya yang suka bengong, melamun, dan sulit fokus, dan diam tak suka menjawab pertanyaan inilah yang menjadi pengalaman pertama saya sebagai guru kelas 1 setelah mengajar bertahun – tahun,  sejak SK mengajar saya diterbitkan pada tahun 2006. Mungkin inilah yang dinamakan amanah terindah Allah SWT yang diberikan kepada saya. Mengasah empati, menebalkan kesabaran dan keikhlasan serta memperbanyak rasa kesyukuran sebagai wujud penghambaan kepadaNYA.

Sikap ramah, berempati, hangat dalam menyapa, murah senyum, mengucap salam  dengan penuh sopan santun saat hari pertama masuk sekolah merupakan hal yang teramat penting sebagai awalan kedekatan siswa, orang tua siswa, dan guru. Pandangan pertama untuk membentuk kesan pertama yang positif adalah titik tolak dari keberhasilan kegiatan belajar mengajar selanjutnya. Dunia anak-anak dan remaja yang ceria dan penuh semangat sudah semestinya dapat dimunculkan saat hari pertama masuk sekolah. Dengan kerjasama yang baik antara orang tua siswa, siswa, guru, dan karyawan di sekolah, hari pertama masuk sekolah adalah hari yang paling dinanti untuk mewujudkan mimpi-mimpi besar mereka, para penerus bangsa, generasi terbaik umat.

Share to: