DIGITALISASI PENDIDIKAN (GURU) DI ERA PANDEMI

Oleh: Fatkhurrohman, S.Pd.I, S.Pd

Sejak Virus  Corona (Covid-19) yang konon berasal dari Wuhan itu merebak ke seantero dunia, kengerianpun terasa dimana mana. Beberapa media baik cetak maupun elektronik seakan berlomba-lomba mewartakan tentang jumawanya virus itu, penularan yang begitu mudah dan masiv antara individu ke individu lain membuat bulu kuduk merinding, di media kita saksikan mayat-mayat bergelimpangan di tempat umum. Di sisi  lain tenaga medis yang notabene sebagai garda terdepanpun banyak yang tumbang dan meninggal. Karena efeknya yang begitu mengerikan maka masing masing Negara dengan sigap langsung membentuk satgas untuk meminimalisir penyebaran virus itu guna melindungi warganya. Maka berbagai protokoler dikeluarkan secara resmi oleh Negara dan harus dipatuhi oleh siapapun. Hampir di setiap instansi/lembaga/tempat beribadatan/pelayanan umum terikat oleh protokol itu dan otomatis merubah tatanan yang sudah mapan dan berjalan.

Di lembaga pendidikan formal dan non-formalpun terkena dampak yang signifikan. Selama pandemi covid-19 kegiatan pembelajaran yang di kelas/tatap muka (regular) ditiadakan. Kegiatan lain seperti berbagai ekskul/kemah bakti dan pembelajaran di luar kelas (outing class) mendadak terhenti. Padahal di sisi lain anak harus mendapatkan pelayanan pembelajaran yang optimal. Hal ini tentunya pihak sekolah dan dinas terkait harus ekstra cepat menemukan dan menyiapkan solusi cepat  teknis pembelajaran yang efektif dan efesien di era new normal. Berbagai upaya ditempuh oleh sekolah misalnya siswa belajar di rumah guru memberikan tugas lewat SMS/WA kepada orang tua kemudian dikumpulkan oleh orang tua ke sekolah secara terjadwal  dan begitu seterusnya. Ada pula  pembelajaran dilakukan dengan jarak jauh (PJJ) menggunakan koneksi internet (kuota) yaitu daring. Adapula yang menerapkan school visit  (anak secara terjadwal hadir kesekolah dengan jumlah yang sangat terbatas dengan penerapan protokol yang ekstra ketat untuk KBM). Upaya lain adalah home visit yaitu guru berkunjung ke rumah siswa sesuai dengan jadwal untuk melaksanakan KBM di rumah. Semua teknik dan strategi yang dilakukan itu  tentunya ada nilai plus dan minusnya. Keterlibatan orang tuapun semakin kentara yang dulu mungkin lebih banyak antar jemput anak ke sekolah, kini hampir di setiap lini pembelajaran anak. Mulai dari mengajari anak, menyiapkan laptop/HP untuk daring, membelikan kuota, mengumpulkan tugas kesekolah, atau mengerjakan soal ulangan anak… he… semoga tidak ya…

Di masa pandemi ini, pembelajaran digital menjadi sebuah solusi untuk memutus rantai penyebaran wabah virus corona. Namun pembelajaran digital tentunya tak semudah yang kita bayangkan. Guru yang merupakan garda terdepan pendidikan seolah harus bisa metamorfosis (kayak kupu kupu saja he… he…) dan dituntut untuk lebih melek teknologi. Berbagai macam pelatihan/Webinar tentang teknik dan cara pembelajaran di era pandemi diadakan secara masiv. Digitalisasi guru mulai dari menyiapkan pembelajaran digital, membuat video pembelajaran, ulangan jarak jauh, penilaian online, raport online, membuat arsip pembelajaran online, sampai teknis pembelajaran yang menyenangkan (game) dalam pembelajaran. Itu menyita energi yang luar biasa. Kegaiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mungkin salah satu alternatif yang cukup optimal yang dapat dilakukan di era pandemi ini. Dalam hal ini guru dituntut untuk bisa dan harus menguasai skill baik soft maupun hard ware karena melibatkan teknologi yang ada. Internet, laptop, computer, gadget, HP kini tak jauh dari tangan guru. Dimulai dari pengaturan jadwal daring yaitu menyebarkan pelaksanaan daring kepada orang tua agar menyediakan perangkat yang dibutuhkan (laptop/HP)  untuk anak. Dalam hal ini mungkin tidak semua orang tua bisa dalam satu waktu pagi, karena saat pagi perangkat harus digunakan untuk bekerja. Akhirnya daring dibagi menjadi 2 sesi yaitu pagi dan malam. Sebelum pelaksanaan daring guru harus membuat schedule pembelajaran baik lewat media Zoom/ webex dan disampaikan ke siswa. Guru harus sudah siap materi/tema yang akan diajarkan  dalam bentuk file/digital (ppt ataupun video pembelajaran). Absensipun dibuat secara online. Dalam pembelajaran daring bagaimana pintar-pintarnya guru mengelola kelas digitalnya itu seperti di kelas riilnya tak pelak disana anak anak ribut, usil dengan  mencoret coret slide  yang ditampilkan, atau merasa jenuh dengan mematikan videonya (mungkin ditinggal tidur he… hayo ada yang begitu???) dalam hal ini kemampuan guru benar benar diuji dari mengawasi anak anak. Menyampaikan materi pelajaran, mengoperasikan perangkat, mengkondisikan kelas digital, agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan optimal.

Pemberian tugas tidak lagi menggunakan bolpoin dan paper tetapi tugas diberikan lewat online. Guru menyediakan perangkat misalnya lewat aplikasi Google classrom. Di sana bisa mengirimkan materi/video pembelajaran, memberikan tugas/latihan soal online, memeriksa dan memberi nilai di google classroom. Jadi semua administrasi pembelajaran secara digital. Adalagi yang menggunakan aplikasi Google form. Hampir sama fungsinya cuma tidak bisa membuat kelas namun efektif untuk latihan soal atau menghadapi Penilaian Harian (PH). Di sana juga kita bisa membuat ujian secara online, membuat penilain online dsb. Sekali lagi semua perangkat pembelajaran guru sudah dalam bentuk online/digital.

Pembelajaran digitalpun bisa dibuat seperti game yaitu lewat aplikasi quizizz. Hal ini akan lebih menarik bagi anak-anak dan lebih fun, dari sinipun kita bisa membuat penilaian harian, atau tes dan nilai dalam bentuk digital.

Untuk laporan hasil pembelajaran (raport) sejak beberapa tahun yang lalu sudah menggunakan E-raport. Jadi raport elektronik ini masuk dalam sistem dapodik dan bisa terhubung dengan pusat. Dalam hal ini guru harus bisa mengelola dan memasukkan nilai ke dalam Eraport tersebut dan juga bisa dicetak sebagai laporan kepada orang tua tentang hasil pelaksanaan pembelajaran tiap semesternya.

Digitalisasi pendidikan diharapkan memberikan kemudahan, kecepatan, efektifitas, dan efisiensi dalam melaksanakan ‘transfer of knowledge’ dari pendidik kepada siswa. Terlepas dari pandemi yang belum usai, digitalisasi pendidikan ini sangatlah diperlukan untuk mempersiapkan generasi yang berdaya saing.

Di era revolusi industri 4.0 akan banyak bermunculan lapangan kerja baru yang menuntut pemanfaatan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Dan sebaliknya akan banyak juga lapangan kerja atau profesi yang hilang sebagai dampak perkembangan teknologi. Untuk itulah perlu digitalisasi pendidikan agar bisa mendorong lahirnya generasi yang mampu bersaing di dunia global yang senantiasa cepat berubah dan kompetitif.

Harapannya sebagai seorang pendidik bisa memberikan yang terbaik bagi genersi penerus bangsa ini. Dalam keadaan dan kondisi yang bagaimanapun guru harus bisa menyesuaikan dan mengikuti perkembangan zaman yang ada. Karena bagaimanapun perubahan itu adalah hal yang mutlak. Semangat para guru, siswa, dan dukungan orangtua sangat menentukan berjalannya pendidikan diera Pandemi ini.

Share to: